SURAT CINTA UNTUK INDONESIA


SURAT CINTA UNTUK INDONESIA

Indonesia siapakah kamu? Selama ini, pengetahuan tentang siapa kamu diberikan dan berasal dari orang lain, negara lain dan bangsamu sendiri. Apapun sudut pandang yang berasal dari penilaian dan pengalaman orang lain untukmu tidak akan benar-benar sesuai seperti apa sebenarnya kamu. Pandangan itu hanya mampu melihat dirimu yang tampak dari luar. Keunikan dan keotentikan dirimu merupakan wujud dari mengekspresikan diri. Ekspresi diri dapat membantumu menemukan sisi-sisi terindah dan melangkah lebih maju.
Indonesiaku, masihkah engkau menjadi dirimu yang unik dan otentik? Betapa bahagianya melihat dirimu yang penuh kasih sayang dimana burung terbang bahagia di angkasa, ikan bahagia berenang di laut, di kolam tampak bunga teratai tumbuh bahagia, begitu pula pohon pinus di lereng pegunungan, pohon kelapa di tepi pantai, sapi yang memakan rumput dan harimau yang memakan daging. Engkau seringkali menjadi korban dari standar ideal orang lain. Keadaanmu yang sekarang ini bukanlah salahmu, melainkan kesalahan kami yang kurang peduli dan cinta. Pada hakekatnya engkau selalu bebas. Kebebasan yang telah diraih adalah hal yang seharusnya. Engkau bukanlah subjek ataupun objek, melainkan sang saksi yang menyaksikan segala sesuatu. Sekarang kau menjadi terikat karena sang saksi selalu dilihat dari luar dirimu bukan di dalam dirimu sendiri. Keburukan yang dikenal dunia, siapa yang disalahkan? Engkau bukan pelaku yang membuat rakyat Indonesia miskin dan sengsara serta petinggi negara yang korupsi, kolusi dan nepotisme. Engkau juga bukan objek proyeksi perpecahan dari kekayaan sumber daya alam, agama, ras, suku, budaya, dan bahasa yang kau miliki.
Dimana kebenaran yang seharusnya. Namamu kerapkali disalahgunakan. Banyak yang mengatasnamakan namamu untuk kepentingan tertentu. Kamu harus menerima segala konsekuensi kesalahan yang tak engkau lakukan. Luka yang engkau miliki terlalu banyak. Dapatkah engkau bersabar dan bertahan lebih lama lagi? Maafkan kami telah membatmu terluka. Indonesia, ingin kuperkenalkan engkau keseluruh dunia bagaimana uniknya dirimu. Ingin selalu kujunjung tinggi namamu dan kujaga selalu kehormatanmu. Tapi apa daya diri ini, tak punya banyak kelebihan dan kemampuan. Hanya rasa peduli yang kumiliki, itupun tidak sebesar apa yang dimiliki oleh para pejuangmu terdahulu. Berusasha untuk tetap tersadar agar rasa cinta yang kumiliki tidak memudar apalagi menghilang dengan ketertarikan akan kemewahan rumah orang lain. Aku ingin melihatmu tersenyum dan berdiri dengan percaya diri. Kamu pasti menginginkan kejayaanmu kembali, berharap tidak adanya sikap saling menyalahkan dan mengambinghitamkan antara pemimpin dengan rakyat.
. Kepedulian kecilku dengan membuang sampah pada tempatnya, mematuhi rambu-rambu lalu lintas, tersenyum ramah pada orang lain, belajar dengan giat. Apakah itu cukup? Kurasa tidak. Tetapi aku bangga karena sekarang aku adalah seorang mahasiswa. Dengan posisiku sekarang aku diberi kesempatan untuk mewujudkan rasa kepedulianku dengan lebih. Aku berharap rasa peduli itu tidak hanya menjadi lampu yang terang di tengah kota, melainkan dapat menjadi cahaya lilin di pedesaan. Selain itu, dapat menjadi teman masyarakat dengan berbagai ragam latar belakang. Masyarakat dengan berbagai latar belakang yang kelak akan selalu mendukungmu.
Sebenarnya pengalaman yang menyakitkan tidak akan menjadi suatu hal yang buruk ketika direnungkan secara mendalam. Sesungguhnya cahaya terang sedang dihadirkan kepada kita, karena kegelapan merupakan bayangan dari kebenderangan. Apa yang sedang engkau alami Indonesiaku, itu adalah cara alam semesta membangunkan kesadaran kami bangsamu untuk bangkit dan membawa kejayaanmu kembali. Merenung dan mengenali keadaan diri kita sendiri, agar kita dapat melihat dan memahami apa yang menjadi kebutuhan kita sendiri yang mungkin berbeda dengan yang lain. “Surat Cinta untuk Indonesia” ini adalah sebagai ekspresi diri untuk membantumu terus berkembang dan melangkah menuju kemajuan Indonesiaku.


TRW

Komentar

Postingan Populer