Makalah Kunjungan ke BPTP Yogyakarta

I.              PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Pertanian mempunyai peranan penting dalam keberlangsungan hidup manusia. Akan tetapi, hal tersebut kurang disadari masyarakat Indonesia dimana sebenaranya Indonesia adalah negara yang cocok untuk kegiatan pertaniannya. Sumber daya alam yang ada belum termanfaatkan secara optimal sehingga di negara agraris ini Indonesia masih banyak mengimpor dari negara lain. Ketika hasil pertanian berlimpah pun tidak dapat terolah dengan baik. Itulah mengapa perokonomian Indonesia masih kacau balau yang tanpa disadari pertanian berperan dalam perekonomian Nasional. Akankah hal seperti itu terus berjalan di negeri ini? Tentunya tidak. Apalagi tahun 2015 negara ASEAN akan menerapkan sistem AEC. Standarisasi sudah tidak tingkat nasional lagi melainkan tingkat Internaisonal. Dengan demikian perlu adanya perbaikan dibidang pertanian agar dapat menembus pasar dunia dan kita tidak ketergantungan serta dieksploitasi oleh negara lain.
Pembangunan pertanian diharapkan dapat memberi kontribusi dalam menghadapi globalisasi dan liberalisasi perekonomian dunia. Apakah itu dapat terwujud begitu saja seperti semudah kita membalikkan telapak tangan? Semua itu dapat terwujud tentunya dengan didukung sumberdaya manusia yang berkualitas. Sumberdaya manusia yang profesional, mandiri, mempunyai dedikasi tinggi, disiplin, berjiwa wirausaha dan memiliki etos kerja yang tinggi serta yang terpenting adalah moral yang tinggi berwawasan global sehingga mampu berdaya saing yang tinggi.
Pertanian Indonesia terutamanya petani adalah mereka yang memiliki keterbatasan pengetahuan dan wawsasan dikarenakan sistem yang masih tradisional dan kurangnya jiwa pemuda. Dalam situasi yang demikian penyuluhan pertanian diperlukan sebagai sarana kebijaksanaan yang efektif untuk mendorong pembangunan pertanian. Diharapkan lembaga penyuluhan mampu membantu menemukan persoalan – persoalan dan pemecahan masalah, memilih pemecahan masalah yang tepat, menginformasikan segala kebijakan dan hal – hal terkait yang diperlukan dan tidak lupa dalam memantau dan mengevaluai kebijakan – kebijakan baru di bidang pertanian.
Agen penyuluh pertanian memperoleh pendidikan formal cara mengubah atau memperbaiki cara bertani. Belajar tentang pupuk, hama, varietas tanaman dan sebagainya, tetapi mereka tidak diminta untuk mengubah petani. Penyuluh pertanian banyak yang belum terlatih dalam proses mengubah sikap dalam hal pendidikan orang dewasa dan komunikasi. Mereka belajar apa yang dikatakan kepada petani tetapi tidak belajar bagaimana mengatakannya agar petani mampu menjadi manajer yang baik dalam usaha taninya.
           
B.  Tujuan
1.             Mengenalkan berbagai macam lembaga penyuluhan dan komunikasi pertanian
2.             Mengetahui lebih dalam tentang  peranan dan fungsi lembaga penyuluhan pemerintah/swasta/swadaya yang berkaitan dengan penyuluhan dan komunikasi pertanian.



II.           ISI
Untuk mengetahui lebih dalam tentang peranan dan fungsi lembaga penyuluhan tersebut kami dalam praktikum Dasar –dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian mengadakan kunjungan ke Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta yang beralamatkan di Jl. Stadion Maguwoharjo No.22 Wedomartani, Ngemplak, Sleman-Yogyakarta. BPTP Yogyakarta merupakan kelembagaan penyuluhan di tingkat Provinsi.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta sampai dengan tahun 2001 unit kerja ini masih merupakan Instansi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP) Yogyakarta, lembaga non struktural yang merupakan instansi dari BPTP Jawa Tengah. IPPTP merupakan penggabungan unit kerja di bawah Bada Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Badan Pendidikan dan Latihan Pegawai Pertanian, yaitu Laboratorium Hortikultura, Stasiun Tanah dan Balai Informasi Pertanian Yogyakarta. BPTP Yogyakarta dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 350/Kpts/OT.210/6/2001 tanggal 14 Juni 2001. Pada tahun 2006 terdapat penyempernuaan organisasi dan tata kerja balai yang tertuang pada Peraturan Menteri Pertanian  Nomor 16/Permentan?OT.14/3/2006 tanggal 1 Maret 2006, BPTP Yogyakarta adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan Pengembnagan Pertanian, Departemen Pertanian yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan dalam pelaksanaan sehari – hari dikoordinasikan oleh Kepala Balai Besar Pengkjian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP).
Pembentukan BPTP bertujuan untuk menghasilkan teknologi spesifik lokasi , memperpendek rantai informasi, mempercepat dan memperlancar diseminasi hasil penelitian (alih teknologi) kepada petani dan pengguna teknologi lainnya. Sekarang BPTP Yogyakarta menempati tiga kantor yang lokasinya antara lain :
1.        Kantor Utama, meliputi Adminisrasi, Kelompok Pengkaji Budidaya, Sosial  Ekonomi, Sumberdaya dan Pasca Panen berlokasi di Karangsari
2.        Laboratorium Tanah, Peternakan dan Pasca Panen yang berlokasi di Karangsari, + 500 meter sebelah barat kantor utama bersebelahan dengan Stadion Maguwoharjo, Yogyakarta.
3.        Penginapan / mess, gedung yang berlokasi di Jl. Demanga Baru No. 28 Yogyakarta.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 633/Kpts/OT.210/12/2003, stuktur organisasi BPTP Yogyakarta terdiri dari satu pejabat eselon IIIA (Kepala Balai) dan dua pejabat Eselon IVA yaitu Kepala sub bagian Tata  Usaha dan Kepala Sie Pelayanan Teknis. Selain itu, ada Pejabat Fungsional (Peneliti/Penyuluh/fungsional lainnya) yang bertanggung jawab langsung kepada kepala balai. Di BPTP sendiri terdapat 46 orang peneliti dan 16 penyuluh. Selain itu BPTP Yogyakarta juga memiliki tenaga penunjang. Kelompok Peneliti dan Penyuluh dibagi menjadi empat bidang yaitu sumberdaya, budidaya, pasca panen dan alsintan, dan sosial ekonomi pertanian.
BPTP Yogyakarta memiliki Program kerja yang banyak. Program kerja yang banyak tersebut pada intinya dikelompokkan menjadi tiga kegiatan utama yang terdiri dari pendampingan program strategis nasional, pengkajian spesifik DIY dan diseminasi inovasi pertanian. Pendampingan program strategis nasional tersbut meliputi :
1.        Pendampingan sekolah lapang (SPLHT padi, SPLHT jagung, SPLHT kedelai)
2.        Pendampingan pengelolaan tanaman terpadu (padi, jagung dan kedelai)
3.        Pendampingan kawasan agribisnis krisan dan cabai.
4.        Pendampingan program swasembada daging sapi
5.        Pendampingan pembibitan sapi potong
6.        Pendampingan teknologi penggemukan sapi potong
7.        Pendampingan percepatan penerapan teknologi tebu terpadu (P2T3)
Kegiatan pengkajian spesifik DIY meliputi :
1.        Kegiatan penelitian iklim dengan sosialisasi kalender tanam terpadu.
2.        Penelitian sosial ekonomi (kelembagaan perbenihan, analisis kebijakan, penyuluhan, penelitian spesifik lokal)
3.        Rekomendasi penggunaan varietas unggul baru khusunya padi, rekomendasi pupuk, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT)
4.        Prediksi kekeringan dan banjir
5.        AEZ II : Penyusunan Peta Pewilayahan Komoditas Berdasarkan Zona Agroekologi (ZAE) Skala 1 : 50.000 Di Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta
6.        Pengelolaan sumberdaya genetik spesifik lokasi DIY.
7.        Pengkajian teknologi pasca panen dan olahan hasil pertanian
8.        Pengkajian Integrasi tanaman kakao dan jagung dengan ternak kambing medukung terwujudnya kawasan agribisnis di DIY.
9.             Kajian identifikasi usaha pengolahan komoditas unggulanDIY (pangan lokal dan biofarmaka) dan sebarannya menuju produk yang berdaya saing.
10.         Kajian teknologi diversifikasi pengolahan biofarmaka di DIY untuk peningkatan nilai tambah produk.
11.         Kajian Potensi dan Peluang Pengembangan Komoditas Jagung Mendukung Program Strategis Pembangunan Pertanian di DIY.
12.         Pengkajian Sistem Jalur Benih Antar Lapang dan Musim Dalam Mendukung Perbenihan Kedelai  di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Disemiasi (penyebaran) inovasi teknologi pertanian yang meliputi :
1.             Sosialisai dan advokasi teknologi pertanian
2.             Pameran dan taman agroinovasi
3.             Penyebaran informasi melalui multimedia
4.             Workshop dan seminar nasional.
5.             Forum komunikasi alih teknologi pertanian
6.             Gelar teknologi dalam rangka scaling up, scaling out dan perluasan Spektrum Diseminasi Multi Chanel.
Visi           :
Menjadi institusi penghasil teknologi pertanian spesifik lokasi menuju pertanian industrial unggul berkelanjutan berstandar internasional untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, ekspor dan kesejahteraan masyarakat pertanian
.

Misi          :
1.      Menghasilkan dan mengembangkan inovasi-inovasi pertanian spesifik lokasi yang diperlukan dan dimanfaatkan oleh petani, stakeholder dan sesuai permintaan pasar guna mendukung pembangunan sektor pertanian wilayah, 
2.      Meningkatkan percepatan diseminasi teknologi pertanian inovatif dan spesifik lokasi, 
3.      Meningkatkan jaringan kerjasama dengan lembaga penelitian pertanian internasional, nasional, maupun pihak swasta. 
4.        Mengembangkan kapasitas kelembagaan BPTP dalam rangka meningkatkan pelayanan prima.
Tugas dan Fungsi Berdasarkan peraturan Menteri Pertanian, BPTP mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi tepat guna spesifik lokasi. Dalam menjalankan tugas tersebut, BPTP menyelenggarakan fungsi:
1.      Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi 
2.      Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, 
3.      Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian serta perakitan materi penyuluhan, 
4.      Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, 
5.      Pemberian pelayanan teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian guna spesifik lokasi,
6.        Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai.
Permasalahan yang dihadapi BPTP Yogyakarta antara lain, ketersediaan lahan, infrastruktur, SDM petani, lembaga, pembiayaan, teknologi dan hilir. Di daerah Yogyakarta terjadi alih fungsi lahan sebesar 250 ha/tahun, sehingga lahan menjadi semakin kecil dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah terus. Tampak didaerah perkotaa yang setiap rumahnya hampir tidak memiliki pekarangan. Solusi yang diberikan oleh BPTP adalah dengan memanfaatkan lahan yang tersisa dengan maksimal. Salah satunya adalah dengan penanaman secara vertikal (vertikultur).
Pembiayaan disini merupakan kendala ekonomi. Ketika penyuluh pertanian mampu membina petani untuk memperoleh hasil produksi yang meningkat tidak diimbangi oleh harga jual dan pasar hasil panen yang menunjang bagi petani. Dengan adanya situasi ini petani mengharapkan mendapat informasi pasar yang mampu memberikan keuntungan bagi petani. Kerjasama dengan suatu perusahaan merupakan suatu solusi juga. Dengan adanya kesepakatan tentang harga beli dan pasar yang pasti dalam sistim kerja sama diharapkan memberikan tambahan pendapatan bagi petani.
Inovasi di bidang teknologi pertanian diharapkan mampu menjadikan kegiatan pertanian menjadi lebih efisien. Namun, teknologi juga dapat menjadi kendala usahatani karena sulitnya penerimaan petani terhadap teknologi baru dikarenakan ketidakpercayaannya pada teknologi tersebut, dan juga karena faktor budaya dari petani itu sendiri yang enggan menerima teknologi maupun inovasi. Disini penyuluh berperan penting dalam penyampaian inovasi dan teknologi baru dibidang pertanian dan mampu mempengaruhi petani untuk menerapkan metode – metode yang dianjurkan. Sebuah teknologi atau inovasi tersebut akan bermutu apabila teknologi atau inovasi tersebut dapat memenuhi atau melebihi kebutuhan dan harapan pengguna.
Infrastruktur dan kelembagaan pertanian terbatas, misalnya aula tempat pertemuan, lembaga pada masyarakat desa. Untuk mempermudah pertemuan antara penyuluh dan petani sehingga informasi tersampaikan maka perlu dibentuk sebuah kelompok misal kelompok tani. Jenis dan kapan suatu usaha yang akan dikembangkan akan memberikan keuntungan yang optimal dan bagaimana memproduksi, semua itu akan berjalan lancar dengan didukung adanya infrastruktur. Pengolahan pasca panen juga penting agar produk hasil pertanian memiliki nilai jual yang tinggi.
Sumberdaya manusia dibidang pertanian sering mengalami hambatan dalam pengetahuan, wawasan dan motivasi. Petani kurang memiliki pengetahuan dan wawasan untuk memahami permasalahan yang mereka hadapi beserta solusi pemecahan masalahnya. Selain itu, motivasi yang mereka miliki untuk menuju pembangunan pertanianpun juga masih kurang. Padahal untuk pembangunan pertanian diperlukan sumberdaya manusia yang profesional, mandiri, mempunyai dedikasi tinggi, disiplin, berjiwa wirausaha dan memiliki etos kerja yang tinggi serta memiliki  moral yang tinggi berwawasan global sehingga mampu berdaya saing yang tinggi. Dengan adanya permasalahan tersebut penyuluh pertanian melakukan penyediaan informasi dan membantu untuk mendefinisikan dan mencari solusi dari suatu masalah tersebut sebagai bentuk pemecahan masalah kurangnya pengetahuan dan wawasan petani.



III.             PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      BPTP merupakan kelembagaan penyuluhan pemerintah ditingkat provinsi dengan tingkat IIIA dimasing – masing provinsi.
2.      BPTP Yogyakarta mempunyai peran dan fungsi memberikan pelayanan, informasi, diseminasi hasil pengkajian dan menganalisis, mengidentifikasi, menetapkan masalah dan kebutuhan petani serta pelaksanaan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, 


B.     Saran
1.      Hubungan antara petugas penyuluh lapang dengan petani perlu ditingkatkan agar proses penyuluhan berjalan lancar. Beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan frekuensi kunjungan dan kegiatan, peningkatan kemanfaatan materi penyuluhan dan sosialisasi suatu program atau materi secara lebih intensif.
2.      Diantara pihak petani dan penyuluh harus memiliki kesamaan pendapat atau setuju dengan kriteria penentuan jenis masalah beserta pemilihan solusi yeng tepat.
3.      Penyuuh pertanian diharapkan menguasai banyak metode penyuluhan mengingat pengetahuan dan kemampuan petani dalam memahami inovasi pertanian terbatas, sehingga perubahan kondisi petani dapat direspon dengan menggunakan metode penyuluhan yang sesuai.
4.      Penyuluh pertaian tidak hanya belajar mengenai cara memperbaiki usaha tani dan apa yang dia katakan kepada petani melainkan juga belajar bagaimana mengatakan kepada petani agar menjadi petani yang mandiri dan sebagai manajer yang baik dalam usaha taninya.






DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Visi dan Misi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. <http://yogya.litbang.deptan.go.id/ind/>. Diakses pada tanggal 27 September 2014.
Anonim. 2011. Sekilas BPTP. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. <http://yogya.litbang.deptan.go.id/ind/>. Diakses pada tanggal 27 September 2014.
Anonim. 2011. Tugas dan Fungsi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. <http://yogya.litbang.deptan.go.id/ind/>. Diakses pada tanggal 27 September 2014.
Anonim. 2011. Program Kerja. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. <http://yogya.litbang.deptan.go.id/ind/>. Diakses pada tanggal 27 September 2014

Komentar

Postingan Populer